Tugas
IBD II
Softskill
I.
Manusia dan Keindahan :
-
Keindahan
-
Renungan
-
Keserasian
Manusia dan keindahan memang tak
bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang
dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni
pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat
dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan
bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan
perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan
dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja
dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran.
Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu
tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu
kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni.
Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang
diungkapkan.
Renungan
Hidup adalah keindahan tak terkata. Sepanjang kita
masih hidup, hidup masih indah adanya. Oleh sebab itu dengan susah-payah hidup
itu dipertahankan dengan segala cara. Berbagai upaya dilakukan demi menjaga
hidup tetap ada. Jika sakit dan ajal menjelang tiba, maka dicarilah obat
pencegahnya.
Manusia memiliki kebebasan tanpa batas untuk
menikmati dunia. Dunia begitu memesona manusia secara sempurna. Suka dan duka
adalah hanya sebagai pewarna ragam pesona. Silih berganti suka dan duka mengisi
hidup manusia. Namun senyatanya tetap saja bahagia lebih banyak menghampirinya.
Duka hanya sebagai selingan untuk hadirnya suka.
Namun kehidupan manusia adalah paradoks paling
menyengsarakan manusia. Ketika hidup mendekati maut tanpa kita rasa, di situlah
titik pertanyaan tentang arti hidup mengemuka. Masa hidup manusia yang begitu
pendek menimbulkan tanya, derita, dan bahkan asa. Keindahan dunia begitu
membuat manusia terlena. Hingga rentang usia seratus tahun pun tak akan terasa
lama.
Demi memuasi diri agar harapan indah tetap terjaga,
maka manusia mereka-reka tentang hidup yang kedua. Manusia berharap hidup
setelah mati raga. Atau mentasbihkan ‘jiwa’ sebagai esensi abadi tak pernah
mati, kekal, abadi selamanya.
Dengan memahami keabadian jiwa itu manusia sedikit
berkurang rasa takutnya, asa tetap terentang tanpa jeda. Ada harapan yang
diciptakan sendiri tentang kehidupan setelah hidup di dunia - yang dinamai here
after, akhirat, akhir dari perjalanan manusia.
Keserasian
Kehidupan serasi, selaras, dan seimbang akan tumbuh
dan berkembang dengan baik apabila antara kita bersikap dan berprilaku sesuai
dengan kodrat, harkat, dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Keserasian merupakan kondisi yang menggambarkan terpadunya unsure-unsur
yang terlibat dalam kehidupan bersama. Seperti kita ketahui, alam semesta
terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Keserasian merupakan gambaran
suasana yang tertib, teratur, aman, damai, dan tentram lahir batin. Baik dalam
kehidupan secara individu, keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan
bernegara. Keserasian terwujud apabila masing-masing individu dan
lembaga-lembaga masyarakat menyadari serta melaksanakan tugas, fungsi, hak, dan
kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Baik serasi dalam beragama,
berkebudayaan dan sebagainya
Keseimbangan antara hak dan kewajiban wajib kita
jaga terutama di bidang hukum agar tercipta ketertiban dan keamanan dalam
kehidupan. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 UUD 1945 bahwa segala warga
Negara berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Dengan demikian, membina
keserasian dalam hidup hendaknya kita artikan dengan tidak mengabaikan hukum,
serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dengan jalan mematuhi
segala ketentuan yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar